Membicarakan Bali bukan hanya mengenai wisatanya saja yang sudah tak diragukan lagi. Namun daya tarik Bali lainnya yang begitu unik adalah betapa masyarakat hidup dengan memegang teguh tradisi leluhur. Sebagai provinsi dengan penduduk mayoritas beragama Hindu, Bali memang memiliki banyak sekali aturan adat termasuk penghormatan kepada tempat-tempat suci.
Salah satu titik tersuci yang begitu dihormati oleh masyarakat Hindu di Bali adalah gunung Agung. Gunung tertinggi di Bali ini menjulang kokoh mencapai 3.031 meter di atas permukaan laut. Berada di kecamatan Rendang, kabupaten Karangasem, gunung Agung menjadi pusat ritual agama Hindu di pulau Dewata. Namun di balik keindahannya, gunung Agung menyimpan mitos dan misteri.
Mitos-Mitos dan Misteri Yang Ada di Gunung Agung
Pecahan Gunung di Bali
Salah satu legenda gunung Agung yang sudah diceritakan dari generasi ke generasi adalah asal mula gunung kokoh ini. Konon katanya, gunung Agung adalah salah satu bagian gunung Mahameru yang dipindahkan para dewa dari India. Disebutkan jika dulu Indonesia masih berupa pulau-pulau yang bergejolak dan mengacaukan keseimbangan bumi.
Agar pulau-pulau itu bisa berdiri tenang, dibutuhkan penopang kuat dan akhirnya para dewa memutuskan memotong bagian puncak gunung Mahameru. Selama perjalanan, potongan itu rupanya terjatuh di tiga lokasi yakni di Jawa menjadi Semeru, di Bali menjadi Agung dan di Lombok menjadi Rinjani. Karenanya ketiga gunung ini disucikan dan jadi tempat bersemayamnya Sanghyang Widhi Wasa.
Ada Baju-Baju Larangan
Sebagai tempat yang disucikan, warga Hindu di Bali memang memiliki beberapa pantangan bagi para pengunjung gunung Agung. Seperti halnya di pantai selatan Jawa yang tak boleh mengenakan baju hijau, begitupun di gunung Agung. Untuk itu jika Anda ingin mendakinya, usahakan tidak memakai baju berwarna merah atau hijau.
Semua ini tak lepas dari kepercayaan masyarakat Bali bahwa gunung dan laut adalah sepasang suami istri sehingga ketika warna hijau di larang di laut, begitupun di gunung. Sementara warna merah sendiri diyakini sebagai warna kesukaan penunggu gaib yang mendiami gunung Agung.
Misteri Keberadaan Kera Putih
Pemeluk agama Hindu begitu menyucikan sosok kera putih yang memang identik dengan mitos Hanoman alias Anoman. Dan konon katanya di belantara gunung Agung, ada Anoman yang diyakini sebagai utusan para dewa untuk menjaga keseimbangan. Kabarnya setiap kali gunung Agung meletus, si kera putih akan menampakkan diri untuk memberi peringatan kepada warga.
Tak hanya saat gunung Agung hendak meletus, kera putih juga seting tampak di hari-hari besar agama Hindu seperti ritual Pujawali di pura Pasar Agung. Atau mungkin beberapa pendaki dan pemangku ritual juga sering melihat sosok misterius itu sehingga menjadikan sosok kera putih sebagai salah satu misteri di gunung Agung.
Dilarang Sembarangan Mendaki
Berbeda dengan gunung-gunung lain di Indonesia, untuk mendaki gunung Agung dibutuhkan aturan yang cukup ketat. Semua ini tak lepas karena gunung Agung sangat disucikan masyarakat Hindu di Bali sehingga para pendaki harus mendapat izin dari pendeta atau kepala adat setempat. Mereka yang nekat mendaki tanpa izin, dipercaya bakal mendapat malapetaka.
Daging Sapi Terlarang
Anda tentu tahu bahwa pemeluk agama Hindu benar-benar menghormati sapi. Semua ini tak lepas dari keyakinan mereka jika binatang berukuran besar ini sangatlah suci dan mulia lantaran merupakan lambang kesejahteraan. Tak heran kalau orang Hindu benar-benar menolak menyantap daging sapi. Dan hal inilah yang harus dihormati betul oleh para pendaki gunung Agung.
Jangan sekali-kali membawa daging sapi ke gunung Agung karena konon bisa membuat penunggu gaibnya marah. Belum lagi keyakinan bahwa para dewa senang berkunjung ke puncak gunung Agung sehingga harus ada penghormatan dengan tidak membawa daging sapi. Pelarangan daging sapi ini akhirnya menjadi salah satu mitos gunung Agung yang begitu populer.
Makanan Haruslah Genap
Jika sebelumnya sudah membahas pelarangan daging sapi, maka aturan lain yang berkembang menjadi mitos gunung Agung adalah mengenai wajib genap. Banyak anjuran untuk menghindari segala hal berbau ganjil saat mendaki gunung Agung, termasuk perkara makanan. Meskipun asal-usulnya belum jelas, konon kabarnya mitos ini dipengaruhi oleh ajaran Hindu yang begitu kuat.
Bicara mengenai mitos-mitos gunung Agung yang sudah dibahas, memang hampir seluruhnya berdasar pada kepercayaan agama Hindu. Meskipun begitu, Anda yang beragama lain memiliki kebebasan untuk meyakini atau tidak. Namun sebagai sesama masyarakat Indonesia yang menjunjung tinggi toleransi beragama, menghormati adat istiadat di Bali adalah hal yang wajib dilakukan.
Dengan menghormati kepercayaan setempat di gunung Agung, Anda bisa melakukan pendakian dan menikmati keindahannya dengan sempurna. Karena pada dasarnya, alam mengajarkan untuk saling menghormati dan mencintai, bukan saling menyindir dan merendahkan.